Ketika saya mengunjunginya pada siang hari, tempat ini terlihat biasa. Hanya seperti bukit berbatu, mirip seperti gardu-gardu pandang yang ada di daerah wisata di Indonesia, hanya lebih besar. Kios-kios berjualan minuman dan souvenir kas Thailand berjajar di sepanjang area parkir. Beberapa restoran menjadi tempat berteduh favorit bagi para wisatawan yang tidak ingin tersengat matahari.
Pemandangan ke arah laut biru, dengan bukit-bukit berwarna hijau di kejauhan, terlihat indah walau tidak berbeda dengan pemandangan di Phuket secara umum. Semua orang menanti momen matahari tenggelam.
Wisatawan makin banyak berdatangan seiring dengan bergulirnya matahari ke ufuk barat. Masing-masing orang berebut posisi, mencari tempat yang paling sempurna menyaksikan matahari tenggelam. Hari itu langit biru cerah.
Setelah mendapatkan posisi yang tepat, kami pun menyiapkan kamera dan tripod. Kami sama sekali tidak beranjak dari tempat tersebut karena takut tempat itu diambil oleh orang lain, walau matahari masih bersinar cukup terik dan pemandangan masih belum bagus untuk diabadikan.
Pukul 18.00, matahari semakin kehilangan teriknya, menimbulkan semburat jingga. Inilah saat tepat untuk mulai mengambil gambar. Saat ini, seluruh pinggiran gardu pandang telah penuh dengan wisatawan. Mungkin karena hari Minggu, wisatawan lokal pun sangat banyak jumlahnya.
Beberapa pasangan muda sibuk mengambil foto. Terlihat banyak keluarga dengan anak-anak kecil, serta kelompok-kelompok perempuan yang berkerudung – mungkin seperti kelompok pengajian kalau di Indonesia. Wisatawan dari berbagai bangsa, usia, semuanya punya tujuan sama, yaitu menyaksikan matahari tenggelam di Tanjung Promthep, Phuket.
Saya, yang datang bersama suami dan adik, tidak kalah gencar berfoto. Hobi fotografi suami tampaknya terpuaskan di tempat ini. Berbagai pose dengan beragam angle diabadikan. Beberapa orang tersenyum melirik kami bergaya, tapi kami tidak peduli. Sudah jauh-jauh datang ke Tanjung Promthep, kami ingin berfoto-foto.
Matahari jingga semakin tenggelam, menciptakan suasana yang membuat semua orang terdiam menikmati. Pantulan warna keemasan di permukaan laut menciptakan paduan serasi dengan alam sekitarnya.
Ketika matahari telah seluruhnya tenggelam di batas cakrawala, orang-orang pun beranjak pulang, mengantongi puluhan foto di kamera mereka.
Ke Tanjung Promthep dari Phuket Town atau Patong
Tanjung Promthep dapat dicapai dari arah Phuket Town, melalui Wat Chalong. Anda bisa menyusuri jalan utama menuju perempatan Chalong, kemudian mengambil jalan pantai melalui Pantai Rawai. Sangat mudah menemukan tempat ini karena di Phuket terdapat cukup banyak petunjuk arah.
Apabila Anda berangkat dari daerah pantai, Pantai Patong misalnya, Anda tinggal menyusuri jalan pantai melalui Pantai Karon dan Kata. Tanjung Promthep dan Patong berjarak sekitar 18 kilometer.
Untuk menuju tempat ini, dan berkeliling Phuket secara umum, Anda dapat menggunakan taksi atau menyewa tuktuk. Namun yang paling nyaman serta murah adalah menyewa sepeda motor. Selain waktunya lebih fleksibel, juga lebih mudah menikmati pemandangan karena bisa berhenti sewaktu-waktu. Meski berliku-liku dan naik-turun, jalanan di pulau ini semuanya beraspal halus. Sewa motor sehari sekitar THB 250-300 atau Rp 75-90 ribu tanpa bensin.
Selamat mengejar matahari!
Surga Para Pengejar Matahari - Written by Unknown , Published at 10.24 . And Have 0
comments
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
Tidak ada komentar:
Posting Komentar